Selasa, 04 Maret 2014

PKM UKWK 2012 PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL



PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK
SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL
KARYA ILMIAH




Oleh:
Disa Ardelia Ilyas (200821003)
Fransiskus D. Boleng (201020003)
Serfansius Laia (201120012)
Yohana Eurensiani Kurnia (201020009)

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA KARYA
MALANG
2012
PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL. 
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen pembimbing, yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.



Malang, September 2012


Penulis









DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................      i
PRAKATA...............................................................................................................     ii
DAFTAR ISI............................................................................................................    iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................     1
1.1 Latar belakang.........................................................................................     1
1.2 Rumusan masalah....................................................................................     3
1.3 Tujuan......................................................................................................     3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................     4
2.1 Defenisi sampah organik..........................................................................     4                             
2.2 Sumber sampah........................................................................................     5
2.3 Pengertian biofoel....................................................................................     6
2.4 Jenis-jenis biofoel.....................................................................................     7
2.5 Fermentasi................................................................................................     9
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................   11
3.1  Proses pembuatan sampah organik menjadi bahan bakar bioetanol........   11
3. 2 Manfaat biofoel dari sampah organik.....................................................   14
BAB IV PENUTUP.................................................................................................   14
4.1 simpulan...................................................................................................   17
4.2 saran.........................................................................................................   17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................   18


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
            Indonesia mengalami defisit Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam jumlah besar, yang pada tahun 2004 sudah mencapai 17,8 kiloliter (KL). Defisit yang sangat besar ini dipenuhi melalui impor, impor BBM yang sangat besar sangat menguras devisa Negara. Salah satu masalah utama yang dihadapi Bangsa Indonesia saat ini adalah sumber energi fosil berupa minyak bumi, gas alam dan batu bara yang selama ini dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari baik untuk keperluan rumah tangga maupun untuk keperluan industri dan transportasi semakin menipis seiring dengan bertambahnya waktu. Di masa-masa mendatang, kebutuhan BBM akan makin besar karena meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang menggunakan solar dan minyak bakar. Dengan semakin tipisnya cadangan BBM fosil yang ada dalam perut bumi Indonesia, dan akan habis dalam waktu 10-15 tahun yang akan datang, maka akan makin besar pula impor BBM (Anonymous, 2012).
            Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah dapat berada pada setiap fase materi yaitu fase padat, cair, dan gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yaitu cair dan gas, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Bila sampah masuk ke dalam lingkungan (ke air, ke udara dan ke tanah) maka kualitas lingkungan akan menurun. Peristiwa masuknya sampah ke lingkungan yang dikenal sebagai peristiwa pencemaran lingkungan (Kuron et al, 2006).
            Pada tahun 2006 telah dikeluarkan Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 pada tahun 2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (biofuel) sebagai Bahan Bakar lain (Asdep, 2007). Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasai krisis energi khususnya minyak dan mereduksi pencemaran udara akibat emisi yang dihasilkan penggunaan bahan bakar. Bioetanol merupakan salah satu jenis dari biofuel. Bioetanol merupakan hasil alkoholis dari bahan hayati. Contoh dari bioalkohol yaitu bioetanol, propanol, dan butanol. Namun bioetanol memiliki kelemahan diantaranya keterbatasan dalam penggunaannya yang masih diarahkan hanya pada bidang transportasi, masalah korosi yang kerap kali timbul pada reaktor. Serta produksi dalam skala besar tentu memerlukan pembangunan pabrik khusus untuk memproduksi bioetanol.
            Menurut Belantara (2012), sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos). Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik. Sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang susah mengalami proses pelapukan. Contoh dari sampah anorganik adalah plastik, kaca, besi, dan lain-lain.
            Dengan melimpahnya sampah organik dan minimnya pengolahan sampah maka kami memilih judul ini, karena ramah lingkungan, mudah didapatkan, tidak mengandung unsur kimia, pembangunan perkebunan penghasil bioetanol secara besar-besaran akan memperbaiki iklim global, meningkatkan cadangan dan ketersediaan air tanah bagi penduduk, serta mengurangi bahaya banjir dan bencana lainnya yang sekarang ini sering terjadi sebagai akibat penggundulan hutan. Pemanfaatan bahan bakar nabati sebagai bahan bakar ramah lingkungan yang berdampak pada penurunan emisi gas-gas rumah kaca. Serta membantu pemerintah menangani masalah sampah rumah tangga organik.

1.2  Rumusan Masalah
1.    Bagaimana proses pembuatan sampah organik menjadi bahan bakar bioetanol?
2.    Apa saja manfaat bioetanol dari sampah organik?
1.3  Tujuan
1.    Untuk mengetahui proses pembuatan sampah organik menjadi bahan bakar bioetanol.
2.    Untuk mengetahui manfaat bioetanol dari sampah organik.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Pengertian Sampah Organik
Sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos). Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses pelapukannya dipercepat  bantuan manusia. Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik. Menurut WHO, sampah adalah sesuatu tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendiri (Chandra, 2007). Banyak sampah organik masih mungkin digunakan kembali/pendaur ulangan, walaupun akhirnya akan tetap merupakan bahan/material yang tidak dapat digunakan kembali (Dainur, 1995). Untuk kota-kota di Indonesia, timbulan sampah rata-rata adalah 2,5-3,5 L/orang/hari serta besarnya timbulan dipengaruhi oleh tingkat hidup (makin tinggi tingkat hidup, makin banyak sampahnya), pola hidup serta mobilitas masyarakat, iklim, dan pola penyediaan kebutuhan hidup dan penanganan makanan.
Menurut Belantara (2012), Jenis-jenis sampah organik. Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi :
• Sampah organik basah.
Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai kandungan air yang           cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran.
• Sampah organik kering.
Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah bahan organik lain yang     kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering di antaranya kertas, kayu atau             ranting pohon, dan dedaunan kering.
2.2 Sumber-sumber Sampah
2.2.1 Pemukiman Penduduk
            Sampah disuatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu, atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa, atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan, dan bahan sisa proses pengolahan makanan, atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), perabotan rumah tangga, abu, atau sisa tumbuhan kebun.
2.2.2 Tempat Umum dan Tempat Perdagangan
            Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah dihasilkan berupa sisa-sisa makanan, sampah kering, abu, sisa bangunan.
2.2.3 Sarana Masyarakat Milik Pemerintah
            Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain, tempat hiburan dan umum, jalan umum, tempat parkir,  tempat layanan kesehatan (misalnya rumah sakit, dan puskesmas), gedung pertemuan, pantai tempat berlibur, dan sarana pemerintah lain. Tempat tersebut menghasilkan sampah khusus, dan sampah kering.
2.2.4 Industri Berat dan Ringan
            Dalam pengertian ini termasuk industry makanan dan minuman, industry kayu, industry logam dan tempat pengolahan air kotor, air minum, dan kegiatan industry lainnya, baik sifatnya distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus, dan sampah berbahaya.
2.2.5 Pertanian
            Sampah yang dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian seperti kebun, lading atau pun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman (Chandra, 2007).
2.3 Pengertian Biofuel
            Menurut Arrasyi (2008), biofuel adalah bahan bakar atau sumber energi yang berasal dari bahan organik. Biofuel juga mencakup bahan bakar yang dibuat dari tumbuhan maupun hewan. Biofuel mempunyai sifat dapat diperbaharui, artinya bahan bakar ini dapat dibuat oleh manusia dari bahan-bahan yang bisa ditumbuhkan atau dibiakkan. Pengembangan biofuel sebagai energi nabati pengganti minyak bumi, ditinjau dari segi pembangunan kesejahteraan rakyat sangatlah bermanfaat yakni bukan hanya dipandang dari sisi peluang penyediaan energi alternatif yang akan dapat menggantikan minyak bumi karena persediaannya semakin habis, namun juga akan memberikan kesempatan lebih besar untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan masyarakat (Anonymous, 2009). Untuk pertama kalinya biofuel terbuat dari gula, starch, minyak sayur, atau lemak hewan menggunakan teknologi konvensional.
2.4 Jenis – jenis Biofuel
2.4.1 Jenis - jenis Biofuel
2.4.1.1 Minyak Sayur
Minyak sayur dapat digunakan sebagai makanan atau bahan bakar, kualitas dari minyak dapat lebih rendah untuk kegunaan bahan bakar. Minyak sayur dapat digunakan dalam mesin diesel yang tua yang dilengkapi dengan system injeksi tidak langsung, tapi hanya dalam iklim yang hangat. Minyak sayur bekas yang diproses sebagai biodiesel mengalami peningkatan, dan dalam skala kecil, dibersihkan dari air dan partikel dan digunakan sebagai bahan bakar.
2.4.1.2 Biodiesel
            Biodiesel diproduksi dari minyak atau lemak. Nama kimianya adalah Metil asam lemak ester. minyak dicampur dengan sodium hidroksida, methano, dan gliserol. Satu bagian gliserol dihasilkan untuk setiap 10 bagian biodiesel. Biodiesel dapat digunakan disetiap mesin diesel kalau dicampur dengan diesel mineral. Kebanyakan produsen kendaraan membatasi rekomendasi mereka untuk penggunaan biodiesel sebanyak 15% yang dicampuri diesel mineral.
2.4.1.3 Bioalkohol
            Alkohol yang diproduksi secara biologi, yang umum adalah etanol dan yang kurang umum adalah propanol dan butanol, diproduksi dengan mikroorganisme dan enzim melalui fermentasi gula atau starch, atau selulosa. Biobutanol seringkali dianggap sebagai pengganti langsung bensin, karena dapat digunakan langsung dalam mesin bensin. Butanol dapat menghasilkan energi yang lebih banyak dan dapat terbakar langsung dalam mesin bensin yang sudah ada (tanpa modifikasi mesin).
            Bahan bakar etanol merupakan biofuel paling umum di dunia. Bahan bakar alkohol diproduksi dengan cara fermentasi gula yang dihasilkan dari gandum, jagung, sugar bit, sugar cane, dan lain-lain. Proses ini membutuhkan banyak energi untuk pemanasan. Produksi etanol selulosik menggunakan tanaman non-pangan atau produk sisa yang tak bisa dikonsumsi, yang tidak mengakibatkan dampak pada siklus makanan.
2.4.1.4 Biogas
            Biogas dibuat dalam fase anaerob dalam fermentasi limbah akan dihasilkan gas metana yang dibakar dan digunakan untuk bahan bakar. Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam manajemen limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Karbon dalam biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfir dari fotosintesis tanaman sehingga bila dilepaskan lagi ke atmosfir tidak akan menambah jumlah karbon diatmosfir bila dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil.
2.5 Fermentasi
            Dalam pengertian umum, fermentasi adalah konversi dari karbohidrat seperti gula menjadi asam atau alkohol. Lebih khusus, fermentasi dapat mengacu pada penggunaan ragi untuk mengubah gula menjadi alkohol atau penggunaan bakteri untuk membuat asam laktat dalam makanan tertentu. Fermentasi merupakan kegiatan mikrobia pada bahan pangan sehingga dihasilkan produk yang dikehendaki. Mikrobia yang umumnya terlibat dalam fermentasi adalah bakteri, khamir dan kapang (Ricci, 2007).
2.5.1 Proses Fermentasi Sampah Organik menjadi Bioetanol
Sampah organik
Autoclaf 121 oC
Pengecilan ukuran
Ditambahkan air dengan perbandingan 70% : 25%
Setelah itu ditambah ragi tape 3 % dan urea 4 gr/L
Kemudian di fermentasi pada suhu 27 oC selama 3 hari
Kemudian didestilasi
Menjadi bioetanol
2.5.2 Jenis Mikroba yang Terlibat dalam Fermentasi
            Mikroorganisme merupakan makluk hidup yang sangat kecil tetapi sangat penting dalam kelangsungan daur hidup. Mikroorganisme tidak dapat digolongkan ke dalam dunia hewan atau tumbuhan tetapi masuk ke dalam suatu golongan yaitu golongan protista adalah bakteri, fungi, protozoa dan alga.
a.       Bakteri dapat dianggap sebagai mikroorganime yang mempunyai populasi terbanyak, berukuran terkecil dan mempunyai bentuk yang relatif sederhana. Bakteri dapat dikelompokkan bedasarkan sifat-sifat yang tampak antara lain: bentuk, ukuran, warna reaksinya terhadap pengecatan gram, pola flagella, kapsil morfologi koloni, pola pembentukkan energy, formasi produk kimia khusus, nutrisi (kebutuhan nutrisi dan kemampuan menggunakan gula nutrient lain).
b.      Fungi disebut juga dengan kapang, beberapa spesiesnya merupakan pathogen bagi organisme lain, misalnya menyebabkan penyakit dan mikotoksin. Kapang yang mempunyai manfaat besar bagi kehidupan, misalnya pada pembuatan tape, oncom, kecap, dan lain-lain.












BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Proses Pembuatan Sampah Organik menjadi Bioetanol
            Bioetanol (C2H5OH) merupakan salah satu biofuel yang hadir sebagai bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan dan sifatnya yang terbarukan. Merupakan bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan yang memiliki keunggulan karena mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18%, dibandingkan dengan emisi bahan bakar fosil seperti minyak tanah.
Proses Pembuatan Bioetanol berbahan baku sampah organik menggunakan diagram aliran yaitu:
3.1.1 Persiapan Bahan baku.
Bahan baku yang digunakan adalah limbah padat berupa sampah organic. Sampah bisa berasal dari sampah pasar atau rumah tangga, lebih baik jika banyak mengandung sampah buah-buahan. Sebelum digunakan sebagai bahan baku, sampah memerlukan proses pretreatment yakni tahap perlakuan awal untuk menghilangkan kandungan lignin dalam lignoselulosa dan menghidrolisis selulosa dan hemiselulosa itu sendiri menjadi gula sederhana yang selanjutnya dikonversi menjadi etanol. Proses pretreatment  bisa dilakukan dengan 3 cara yakni secara fisik dengan panas dan tekanan tinggi, secara kimia dengan menggunakan asam encer, serta secara biologis dengan menggunakan enzyme  pendegradasi dinding sel seperti selulase, hemiselulase, enzim pemecah lignin, dan atau jamur lignolitik, bakteri dan jamur lumen.
3.1.2. Bahan baku tersebut dimasukan dalam autoklaf.
             Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (121 0C, 15 lbs) selama kurang lebih 15 menit. Penurunan tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam autoklaf. Perhitungan waktu sterilisasi autoklaf dimulai ketika suhu didalam autoklaf mencapai 121 0C. jika objek yang di sterilisasi cukup tebal atau banyak, transfer panas pada bagian dalam autoklaf akan melambat sehingga terjadi perpanjangan waktu pemanasan total untuk memastikan bahwa semua objek bersuhu 121 0C untuk waktu 10-15 menit perpanjangan waktu juga dibutuhkan ketika cairan dalam volume besar akan diautoklaf karena volume yang besar membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai suhu sterilisasi.
3.1.3. Pengecilan ukuran atau pencacahan
            Pengecilan ukuran atau pencacahan secara umum digunakan untuk menunjukan pada suatu operasi, pembagian atau pemecahan bahan secara mekanis menjadi bagian yang berukuan kecil (lebih kecil) tanpa diikuti perubahan sifat kimia.pengecilan ukuran dilakukan untuk menambah menambahh permukaan padatan sehingga pada saat penambahan bahan lain pencampuran dapat dilakukan secara merata.(Rifai, 2009)




Tujuan pengecilan ukuran :
1. Mempermudah ekstraksi unsure tertentu dan struktur komposis,
2. Penyesuaia dengan kebutuhan spesifikasi produk atau mendapatkan bentuk tertentu,
3. Untuk menambah luas permukaan padatan dan,
4. Mempermudah pencampuran bahan secara merata.
3.1.4.  Fermentasi
            Fermentasi adalah proses perombakan gula oleh aktivitas ragi, dimana ikatan kimia rantai karbon dari glucose dan fructose dilepas satu demi satu dan dirangkai secara kimiawi menjadi molekul etanol dan gas karbondioksida serta menghasilkan panas, ragi sendiri termasuk jasat renik keluarga vegeta akan mengeluarkan enzyme yang sangat complex yang mampu melakukan perombakan monosakarida menjadi etanol dan karbondioksida dan jenis ragi untuk proses alcohol/etanol adalah Sacharomyces Cereviceae. Lama fermentasi yang dibutuhkan dalam proses fermentasi adalah 2-3 hari.waktu yang  sesuai akan menghasilkan etanol yang optimal, semakin lama fermentasi kadar alcohol yang dihasilkan akan optimum.
3.1.5 Pemurnian/Destilasi.
            Setelah proses fermentasi selesai, masukan cairan fermentasi kedalam evaporator atau boiler. Panaskan evaporator dan suhunya dipertahankan antara 79 0C-81 0C. pada suhu ini etanol sudah menguap, tetapi air tidak menguap. Uap etanol dialirkan kedistilator. Bioetanol akan keluar dari pipa pengeluaran distilator. Distilatoe pertama, biasanya kadar etanol masih dibawah 95%. Apabila kadar etanol masih dibawah 95 %, distilasi perlu diulangi (reflux) hingga kadar etanolnya 95%. Apabila kadar etanol 95% dilakukan dehidrasi atau penghilangan air. Untuk menghilangkan air bisa menggunakan kapur tohor atau zeolit sintesis.tambahkan kapur tohor pada etanol. Biarkan semalam, setelah itu didistilasi lagi hingga kadar airnya kurang lebih 99.5%
3.2 Manfaat Biofuel dari Sampah Organik
            Data Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM), menunjukkan bahwa cadangan minyak bumi Indonesia hanya cukup untuk 17 tahun mendatang. Sementara cadangan gas bumi masih mencukup untuk 60 tahun mendatang dan cadangan untuk batu bara habis 146 tahun lagi. Habisnya cadangan minyak bumi bukan berarti akan menghentikan kebutuhan akan energi bahan bakar. Karena itu, tidak sedikit upaya yang dilakukan pemerintah dan berbagai kalangan untuk mencari sumber energi alternatif lain. Alternatif biofuel yang diproses dari sampah organik mendorong upaya penggunaan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan mengguntungkan secara ekonomi makro terhadap komoditas pedesaan terutama petani.
Dari aspek energi pengolahan biofuel dari sampah organik dapat mengatasi krisis energi. Terdapat dua era yang dapat dimasukki oleh biofuel sebagai bahan baku energi alternatif , yaitu sebagai pengganti minyak bakar untuk kebutuhan rumah tangga dan pengganti minyak solar untuk kebutuhan transportasi. Dari aspek ekonomi, pengolahan biofuel ini dapat menjadi penmbangkitan bagi pertumbuhan industri kecil yang menjadi tonggak perekonomian Indonesia. Pengolahan biofuel yang berasal dari sampah organik setidaknya dapat mengurangi jumlah pengangguran dan menurunkan angka kemiskinan.
            Bioetanol (C2H5OH) merupakan salah satu biofuel yang hadir sebagai bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan. Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dengan cara fermentasi menggunakan bahan bakar hayati. Etanol atau etil alkohol, merupakan cairan tak berwarna dengan karakteristik lain mudah menguap, mudah terbakar, larut dalam air, tidak karsigonek, dan jika terjadi pencemaran tidak memberikan dampak lingkungan yang signifikan.
            Bioetanol bersifat multiguna karena dicampuri dengan bensin pada komposisi seberapapun dan memberikan dampak yang positif. Pencampuran bioetanol absolut sebanyak 10% dengan bensin 90% disebut juga Gasohol E-10 secara proporsional memiliki ON 92 atau setara Pertamax. Pada komposisi ini bioetanol dikenal sebagai octan enhancer (aditif) yang paling ramah lingkungan di Negara-negara maju. Bioetanol juga menghasilkan kestabilan proses pembakaran. Proses pembakaran dengan daya yang lebih sempurna akan mengurangi emisi gas karbon monosakarida. Campuran bioetanol 3% saja mampu menurunkan emisi karbon monosakarida 1,3%.
            Menurut Chrismiadi (2011), beberapa keunggulan yang dapat diperoleh dari bioetanol adalah sebagai berikut: Nilai okta yang tinggi menyebabkan campuran bahan bakar terbakar tepat waktunya sehingga tidak menyebabkan kemacetan, emisi gas buang tidak begitu berbahaya bagi lingkungan salah satunya gas CO2 yang dapat dimanfaatkan kembali oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis emisi NO yang rendah, dan efisiensi tinggi dibandingkan besin.
            Bioetanol memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan energi alternatif lainnya. Etanol memiliki kandungan oksigen yang tinggi sehingga terbakar lebih sempurna, bernilai oktan lebih tinggi, dan ramah lingkungan (Handayani, 2007). Ramah lingkungan karena emisi gas buangnya rendah dari karbonmonosakarida, nitrogenoksida, dan gas-gas rumah kaca yang menjadi polutan serta mudah terurai dan aman. Etanol mengandung 35% oksigen, maka dapat meningkatkan efisiensi pembakaran.
            Disamping itu substrat untuk memproduksi etanol cukup melimpah di Indonesia. Salah satu substrat yang paling potensial untuk dijadikan bahan baku pembuatan bioetanol adalah sampah organik, sisa pertanian, sampah pasar, dan rumah tangga (Kusuryani,2008). Produksi bioetanol  adalah dapat mengembangkan dan memanfaatkan sampah organik sehingga dapat meningkatkan nilai guna sampah organik, dapat menanggulani permasalahan sampah yang ada di Indonesia, dan keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan suatu Negara sehingga itu digunakan untuk keperluan lain (Chandra, 2007).
           






BAB IV
PENUTUP
`
4.1  Simpulan
1.      Pembuatan sampah organik menjadi bahan bakar bioetanol merupakan salah satu jenis dari biofuel. Bioetanol merupakan hasil alkoholis dari bahan hayati. Contoh dari bioalkohol yaitu bioetanol, propanol, dan butanol. Bahan baku utama yang dibutuhkan dalam pembuatan bioetanol bersumber dari sampah organik.
2.       Produksi turunan dari sampah organik dapat bermanfaat sebagai bahan tambahan bioetanol yang menghasilkan energi alternatif terutama untuk bahan bakar kendaraan bukan saja ditentukan oleh harga BBM (bahan bakar minyak) saja, tetapi ditentukan oleh harga bahan baku pembuatan bioetanol yang dapat menunjang  meningkatkan hasil produksi sampah organik.
4.2  Saran
1.      Pada pembuatan bioetanol yang bersumber dari sampah organik perlu dilakukan percobaan pada suatu produk untuk meningkatkan nilai guna dari hasil turunan sampah organik yang telah diolah.
2.      Perlu dilakukan penelitian yang pasti pada pemanfatan sampah organik di olah menjadi bahan bakar biofoel seperti bioetanol, menggunakan beberapa penelitian seperti lamanya fermentasi.


DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2012. “Bahan Bakar Nabati (BBN) Sebagai Solusi      Menghadapi Krisis      Energi”, www.wisegeek.com/what-is fermentation.htm, diakses pada tanggal 20    September 2012.
Anonymous, 2012. “Sampah Organik dan Anorganik”,
Anonymous, 2008_03_01_archive.html, diakses pada tanggal 27 September 2012.
Chandra, 2007.BioEtanoldanBioDiesel.www. Triaji.net/blog, diakses pada tanggal 24 September 2012.
Sirodjuddin, Ardan, 2008. “Definisi Sampah”. Ardansirodjuddin.wordpress.com/2008/08/05/pemanfaatan-sampah/, diakses pada tanggal  26 September 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar