PEMANFAATAN SAMPAH
ORGANIK
SEBAGAI BAHAN BAKU
BIOETANOL
KARYA ILMIAH
Oleh:
Disa
Ardelia Ilyas (200821003)
Fransiskus
D. Boleng (201020003)
Serfansius
Laia (201120012)
Yohana
Eurensiani Kurnia (201020009)
JURUSAN
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
KATOLIK WIDYA KARYA
MALANG
2012
PRAKATA
Puji
syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan penyertaan-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK SEBAGAI BAHAN
BAKU BIOETANOL.
Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada Dosen pembimbing, yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan
makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, Penulis berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat sebagaimana mestinya.
Malang, September 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
PRAKATA............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1
Latar belakang......................................................................................... 1
1.2
Rumusan masalah.................................................................................... 3
1.3
Tujuan...................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 4
2.1
Defenisi sampah organik.......................................................................... 4
2.2
Sumber sampah........................................................................................ 5
2.3
Pengertian biofoel.................................................................................... 6
2.4
Jenis-jenis biofoel..................................................................................... 7
2.5
Fermentasi................................................................................................ 9
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................... 11
3.1 Proses pembuatan sampah organik menjadi bahan
bakar bioetanol........ 11
3.
2 Manfaat biofoel dari sampah organik..................................................... 14
BAB IV PENUTUP................................................................................................. 14
4.1
simpulan................................................................................................... 17
4.2
saran......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 18
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Indonesia
mengalami defisit Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam jumlah besar, yang pada tahun
2004 sudah mencapai 17,8 kiloliter (KL). Defisit yang sangat besar ini dipenuhi
melalui impor, impor BBM yang sangat besar sangat menguras devisa Negara. Salah
satu masalah utama yang dihadapi Bangsa Indonesia saat ini adalah sumber energi
fosil berupa minyak bumi, gas alam dan batu bara yang selama ini dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari baik untuk keperluan rumah tangga maupun
untuk keperluan industri dan transportasi semakin menipis seiring dengan
bertambahnya waktu. Di masa-masa mendatang, kebutuhan BBM akan makin besar
karena meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang menggunakan solar dan minyak
bakar. Dengan semakin tipisnya cadangan BBM fosil yang ada dalam perut bumi
Indonesia, dan akan habis dalam waktu 10-15 tahun yang akan datang, maka akan
makin besar pula impor BBM (Anonymous, 2012).
Sampah
adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas
manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah dapat
berada pada setiap fase materi yaitu fase padat, cair, dan gas. Ketika
dilepaskan dalam dua fase yaitu cair dan gas, terutama gas, sampah dapat
dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Bila sampah masuk
ke dalam lingkungan (ke air, ke udara dan ke tanah) maka kualitas lingkungan
akan menurun. Peristiwa masuknya sampah ke lingkungan yang dikenal sebagai
peristiwa pencemaran lingkungan (Kuron et al, 2006).
Pada
tahun 2006 telah dikeluarkan Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 pada
tahun 2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (biofuel) sebagai Bahan Bakar lain
(Asdep, 2007). Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasai krisis
energi khususnya minyak dan mereduksi pencemaran udara akibat emisi yang
dihasilkan penggunaan bahan bakar. Bioetanol
merupakan salah satu jenis dari biofuel.
Bioetanol merupakan hasil alkoholis
dari bahan hayati. Contoh dari bioalkohol
yaitu bioetanol, propanol, dan butanol. Namun bioetanol memiliki kelemahan diantaranya keterbatasan dalam
penggunaannya yang masih diarahkan hanya pada bidang transportasi, masalah
korosi yang kerap kali timbul pada reaktor. Serta produksi dalam skala besar
tentu memerlukan pembangunan pabrik khusus untuk memproduksi bioetanol.
Menurut
Belantara (2012), sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan
(dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau
(sering disebut dengan kompos). Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur,
pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%)
berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari
pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari
sampah organik dan sisanya anorganik. Sedangkan sampah anorganik adalah sampah
yang susah mengalami proses pelapukan. Contoh dari sampah anorganik adalah
plastik, kaca, besi, dan lain-lain.
Dengan
melimpahnya sampah organik dan minimnya pengolahan sampah maka kami memilih
judul ini, karena ramah lingkungan, mudah didapatkan, tidak mengandung unsur
kimia, pembangunan perkebunan penghasil bioetanol
secara besar-besaran akan memperbaiki iklim global, meningkatkan cadangan dan
ketersediaan air tanah bagi penduduk, serta mengurangi bahaya banjir dan
bencana lainnya yang sekarang ini sering terjadi sebagai akibat penggundulan
hutan. Pemanfaatan bahan bakar nabati sebagai bahan bakar ramah lingkungan yang
berdampak pada penurunan emisi gas-gas rumah kaca. Serta membantu pemerintah
menangani masalah sampah rumah tangga organik.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
proses pembuatan sampah organik menjadi bahan bakar bioetanol?
2. Apa
saja manfaat bioetanol dari sampah organik?
1.3
Tujuan
1. Untuk
mengetahui proses pembuatan sampah organik menjadi bahan bakar bioetanol.
2. Untuk
mengetahui manfaat bioetanol dari
sampah organik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian
Sampah Organik
Sampah organik adalah
sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan
yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos). Kompos
merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami,
alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses
pelapukannya dipercepat bantuan manusia. Sampah pasar khusus seperti pasar
sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian
besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang
berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75%
terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik. Menurut WHO, sampah adalah
sesuatu tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang yang
dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendiri
(Chandra, 2007). Banyak sampah organik masih mungkin digunakan kembali/pendaur
ulangan, walaupun akhirnya akan tetap merupakan bahan/material yang tidak dapat
digunakan kembali (Dainur, 1995). Untuk kota-kota di Indonesia, timbulan sampah
rata-rata adalah 2,5-3,5 L/orang/hari serta besarnya timbulan dipengaruhi oleh
tingkat hidup (makin tinggi tingkat hidup, makin banyak sampahnya), pola hidup
serta mobilitas masyarakat, iklim, dan pola penyediaan kebutuhan hidup dan
penanganan makanan.
Menurut Belantara
(2012), Jenis-jenis sampah organik. Sampah organik berasal dari makhluk hidup,
baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi :
• Sampah organik basah.
Istilah sampah organik
basah dimaksudkan sampah mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran.
• Sampah organik kering.
Sementara bahan yang
termasuk sampah organik kering adalah bahan organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah
organik kering di antaranya kertas, kayu atau ranting
pohon, dan dedaunan kering.
2.2
Sumber-sumber Sampah
2.2.1 Pemukiman Penduduk
Sampah
disuatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu, atau beberapa keluarga yang
tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa, atau di kota.
Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan, dan bahan sisa proses
pengolahan makanan, atau sampah basah (garbage),
sampah kering (rubbish), perabotan
rumah tangga, abu, atau sisa tumbuhan kebun.
2.2.2 Tempat Umum dan Tempat Perdagangan
Tempat
umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan
kegiatan termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah dihasilkan berupa
sisa-sisa makanan, sampah kering, abu, sisa bangunan.
2.2.3 Sarana Masyarakat Milik Pemerintah
Sarana
layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain, tempat hiburan dan umum,
jalan umum, tempat parkir, tempat
layanan kesehatan (misalnya rumah sakit, dan puskesmas), gedung pertemuan,
pantai tempat berlibur, dan sarana pemerintah lain. Tempat tersebut
menghasilkan sampah khusus, dan sampah kering.
2.2.4 Industri Berat dan Ringan
Dalam
pengertian ini termasuk industry makanan dan minuman, industry kayu, industry
logam dan tempat pengolahan air kotor, air minum, dan kegiatan industry lainnya,
baik sifatnya distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang
dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa
bangunan, sampah khusus, dan sampah berbahaya.
2.2.5 Pertanian
Sampah
yang dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian seperti kebun,
lading atau pun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang telah
membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman
(Chandra, 2007).
2.3
Pengertian Biofuel
Menurut Arrasyi (2008), biofuel adalah bahan bakar atau sumber energi yang berasal dari
bahan organik. Biofuel juga mencakup
bahan bakar yang dibuat dari tumbuhan maupun hewan. Biofuel mempunyai sifat dapat diperbaharui, artinya bahan bakar ini
dapat dibuat oleh manusia dari bahan-bahan yang bisa ditumbuhkan atau
dibiakkan. Pengembangan biofuel
sebagai energi nabati pengganti minyak bumi, ditinjau dari segi pembangunan
kesejahteraan rakyat sangatlah bermanfaat yakni bukan hanya dipandang dari sisi
peluang penyediaan energi alternatif yang akan dapat menggantikan minyak bumi
karena persediaannya semakin habis, namun juga akan memberikan kesempatan lebih
besar untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup, menciptakan lapangan kerja,
dan meningkatkan pendapatan masyarakat (Anonymous, 2009). Untuk pertama kalinya
biofuel terbuat dari gula, starch, minyak sayur, atau lemak hewan menggunakan
teknologi konvensional.
2.4
Jenis – jenis Biofuel
2.4.1 Jenis - jenis Biofuel
2.4.1.1 Minyak Sayur
Minyak sayur dapat
digunakan sebagai makanan atau bahan bakar, kualitas dari minyak dapat lebih
rendah untuk kegunaan bahan bakar. Minyak sayur dapat digunakan dalam mesin
diesel yang tua yang dilengkapi dengan system injeksi tidak langsung, tapi
hanya dalam iklim yang hangat. Minyak sayur bekas yang diproses sebagai
biodiesel mengalami peningkatan, dan dalam skala kecil, dibersihkan dari air
dan partikel dan digunakan sebagai bahan bakar.
2.4.1.2 Biodiesel
Biodiesel
diproduksi dari minyak atau lemak. Nama kimianya adalah Metil asam lemak ester.
minyak dicampur dengan sodium hidroksida, methano, dan gliserol. Satu bagian
gliserol dihasilkan untuk setiap 10 bagian biodiesel. Biodiesel dapat digunakan
disetiap mesin diesel kalau dicampur dengan diesel mineral. Kebanyakan produsen
kendaraan membatasi rekomendasi mereka untuk penggunaan biodiesel sebanyak 15%
yang dicampuri diesel mineral.
2.4.1.3 Bioalkohol
Alkohol
yang diproduksi secara biologi, yang umum adalah etanol dan yang kurang umum
adalah propanol dan butanol, diproduksi dengan mikroorganisme dan enzim melalui
fermentasi gula atau starch, atau selulosa. Biobutanol seringkali dianggap
sebagai pengganti langsung bensin, karena dapat digunakan langsung dalam mesin
bensin. Butanol dapat menghasilkan energi yang lebih banyak dan dapat terbakar
langsung dalam mesin bensin yang sudah ada (tanpa modifikasi mesin).
Bahan
bakar etanol merupakan biofuel paling umum di dunia. Bahan bakar alkohol
diproduksi dengan cara fermentasi gula yang dihasilkan dari gandum, jagung,
sugar bit, sugar cane, dan lain-lain. Proses ini membutuhkan banyak energi
untuk pemanasan. Produksi etanol selulosik menggunakan tanaman non-pangan atau
produk sisa yang tak bisa dikonsumsi, yang tidak mengakibatkan dampak pada
siklus makanan.
2.4.1.4 Biogas
Biogas
dibuat dalam fase anaerob dalam fermentasi limbah akan dihasilkan gas metana
yang dibakar dan digunakan untuk bahan bakar. Pemanfaatan biogas memegang
peranan penting dalam manajemen limbah karena metana merupakan gas rumah kaca
yang lebih berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon
dioksida. Karbon dalam biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfir dari
fotosintesis tanaman sehingga bila dilepaskan lagi ke atmosfir tidak akan
menambah jumlah karbon diatmosfir bila dibandingkan dengan pembakaran bahan
bakar fosil.
2.5
Fermentasi
Dalam
pengertian umum, fermentasi adalah konversi dari karbohidrat seperti gula
menjadi asam atau alkohol. Lebih khusus, fermentasi dapat mengacu pada
penggunaan ragi untuk mengubah gula menjadi alkohol atau penggunaan bakteri
untuk membuat asam laktat dalam makanan tertentu. Fermentasi merupakan kegiatan
mikrobia pada bahan pangan sehingga dihasilkan produk yang dikehendaki.
Mikrobia yang umumnya terlibat dalam fermentasi adalah bakteri, khamir dan
kapang (Ricci, 2007).
2.5.1 Proses Fermentasi Sampah Organik
menjadi Bioetanol
Sampah organik
Autoclaf 121 oC
Pengecilan ukuran
Ditambahkan air dengan perbandingan 70% : 25%
Setelah itu ditambah ragi tape 3 % dan urea 4 gr/L
Kemudian di fermentasi pada suhu 27 oC
selama 3 hari
Kemudian didestilasi
Menjadi
bioetanol
2.5.2 Jenis Mikroba yang Terlibat dalam
Fermentasi
Mikroorganisme
merupakan makluk hidup yang sangat kecil tetapi sangat penting dalam
kelangsungan daur hidup. Mikroorganisme tidak dapat digolongkan ke dalam dunia
hewan atau tumbuhan tetapi masuk ke dalam suatu golongan yaitu golongan protista adalah bakteri, fungi, protozoa
dan alga.
a. Bakteri
dapat dianggap sebagai mikroorganime yang mempunyai populasi terbanyak,
berukuran terkecil dan mempunyai bentuk yang relatif sederhana. Bakteri dapat
dikelompokkan bedasarkan sifat-sifat yang tampak antara lain: bentuk, ukuran,
warna reaksinya terhadap pengecatan gram, pola flagella, kapsil morfologi
koloni, pola pembentukkan energy, formasi produk kimia khusus, nutrisi
(kebutuhan nutrisi dan kemampuan menggunakan gula nutrient lain).
b. Fungi
disebut juga dengan kapang, beberapa spesiesnya merupakan pathogen bagi
organisme lain, misalnya menyebabkan penyakit dan mikotoksin. Kapang yang
mempunyai manfaat besar bagi kehidupan, misalnya pada pembuatan tape, oncom,
kecap, dan lain-lain.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Proses Pembuatan Sampah Organik menjadi Bioetanol
Bioetanol
(C2H5OH) merupakan salah satu biofuel yang hadir sebagai
bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan dan sifatnya yang
terbarukan. Merupakan bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan yang
memiliki keunggulan karena mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18%, dibandingkan
dengan emisi bahan bakar fosil seperti minyak tanah.
Proses Pembuatan
Bioetanol berbahan baku sampah organik menggunakan diagram aliran yaitu:
3.1.1 Persiapan Bahan baku.
Bahan baku yang
digunakan adalah limbah padat berupa sampah organic. Sampah bisa berasal dari
sampah pasar atau rumah tangga, lebih baik jika banyak mengandung sampah
buah-buahan. Sebelum digunakan sebagai bahan baku, sampah memerlukan proses
pretreatment yakni tahap perlakuan awal untuk menghilangkan kandungan lignin
dalam lignoselulosa dan menghidrolisis selulosa dan hemiselulosa itu sendiri
menjadi gula sederhana yang selanjutnya dikonversi menjadi etanol. Proses
pretreatment bisa dilakukan dengan 3
cara yakni secara fisik dengan panas dan tekanan tinggi, secara kimia dengan
menggunakan asam encer, serta secara biologis dengan menggunakan enzyme pendegradasi dinding sel seperti selulase,
hemiselulase, enzim pemecah lignin, dan atau jamur lignolitik, bakteri dan
jamur lumen.
3.1.2. Bahan baku tersebut dimasukan
dalam autoklaf.
Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang
digunakan untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu dan
bertekanan tinggi (121 0C, 15 lbs) selama kurang lebih 15 menit. Penurunan
tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme,
melainkan meningkatkan suhu dalam autoklaf. Perhitungan waktu sterilisasi
autoklaf dimulai ketika suhu didalam autoklaf mencapai 121 0C. jika objek yang
di sterilisasi cukup tebal atau banyak, transfer panas pada bagian dalam
autoklaf akan melambat sehingga terjadi perpanjangan waktu pemanasan total
untuk memastikan bahwa semua objek bersuhu 121 0C untuk waktu 10-15 menit
perpanjangan waktu juga dibutuhkan ketika cairan dalam volume besar akan
diautoklaf karena volume yang besar membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai
suhu sterilisasi.
3.1.3. Pengecilan ukuran atau pencacahan
Pengecilan
ukuran atau pencacahan secara umum digunakan untuk menunjukan pada suatu
operasi, pembagian atau pemecahan bahan secara mekanis menjadi bagian yang berukuan
kecil (lebih kecil) tanpa diikuti perubahan sifat kimia.pengecilan ukuran
dilakukan untuk menambah menambahh permukaan padatan sehingga pada saat
penambahan bahan lain pencampuran dapat dilakukan secara merata.(Rifai, 2009)
Tujuan
pengecilan ukuran :
1. Mempermudah ekstraksi unsure tertentu
dan struktur komposis,
2. Penyesuaia
dengan kebutuhan spesifikasi produk atau mendapatkan bentuk tertentu,
3. Untuk menambah luas permukaan padatan
dan,
4. Mempermudah pencampuran bahan secara
merata.
3.1.4. Fermentasi
Fermentasi
adalah proses perombakan gula oleh aktivitas ragi, dimana ikatan kimia rantai
karbon dari glucose dan fructose dilepas satu demi satu dan dirangkai secara
kimiawi menjadi molekul etanol dan gas karbondioksida serta menghasilkan panas,
ragi sendiri termasuk jasat renik keluarga vegeta akan mengeluarkan enzyme yang
sangat complex yang mampu melakukan perombakan monosakarida menjadi etanol dan
karbondioksida dan jenis ragi untuk proses alcohol/etanol adalah Sacharomyces
Cereviceae. Lama fermentasi yang dibutuhkan dalam proses fermentasi adalah 2-3
hari.waktu yang sesuai akan menghasilkan
etanol yang optimal, semakin lama fermentasi kadar alcohol yang dihasilkan akan
optimum.
3.1.5 Pemurnian/Destilasi.
Setelah
proses fermentasi selesai, masukan cairan fermentasi kedalam evaporator atau
boiler. Panaskan evaporator dan suhunya dipertahankan antara 79 0C-81 0C. pada
suhu ini etanol sudah menguap, tetapi air tidak menguap. Uap etanol dialirkan
kedistilator. Bioetanol akan keluar dari pipa pengeluaran distilator.
Distilatoe pertama, biasanya kadar etanol masih dibawah 95%. Apabila kadar
etanol masih dibawah 95 %, distilasi perlu diulangi (reflux) hingga kadar
etanolnya 95%. Apabila kadar etanol 95% dilakukan dehidrasi atau penghilangan
air. Untuk menghilangkan air bisa menggunakan kapur tohor atau zeolit
sintesis.tambahkan kapur tohor pada etanol. Biarkan semalam, setelah itu
didistilasi lagi hingga kadar airnya kurang lebih 99.5%
3.2
Manfaat Biofuel dari Sampah Organik
Data
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM), menunjukkan bahwa cadangan
minyak bumi Indonesia hanya cukup untuk 17 tahun mendatang. Sementara cadangan
gas bumi masih mencukup untuk 60 tahun mendatang dan cadangan untuk batu bara
habis 146 tahun lagi. Habisnya cadangan minyak bumi bukan berarti akan
menghentikan kebutuhan akan energi bahan bakar. Karena itu, tidak sedikit upaya
yang dilakukan pemerintah dan berbagai kalangan untuk mencari sumber energi
alternatif lain. Alternatif biofuel yang diproses dari sampah organik
mendorong upaya penggunaan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan
mengguntungkan secara ekonomi makro terhadap komoditas pedesaan terutama
petani.
Dari aspek energi pengolahan
biofuel dari sampah organik dapat mengatasi krisis energi. Terdapat dua era
yang dapat dimasukki oleh biofuel sebagai bahan baku energi alternatif , yaitu
sebagai pengganti minyak bakar untuk kebutuhan rumah tangga dan pengganti
minyak solar untuk kebutuhan transportasi. Dari aspek ekonomi, pengolahan
biofuel ini dapat menjadi penmbangkitan bagi pertumbuhan industri kecil yang
menjadi tonggak perekonomian Indonesia. Pengolahan biofuel yang berasal dari
sampah organik setidaknya dapat mengurangi jumlah pengangguran dan menurunkan
angka kemiskinan.
Bioetanol (C2H5OH)
merupakan salah satu biofuel yang
hadir sebagai bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan. Bioetanol adalah etanol yang diproduksi
dengan cara fermentasi menggunakan bahan bakar hayati. Etanol atau etil
alkohol, merupakan cairan tak berwarna dengan karakteristik lain mudah menguap,
mudah terbakar, larut dalam air, tidak karsigonek, dan jika terjadi pencemaran
tidak memberikan dampak lingkungan yang signifikan.
Bioetanol bersifat multiguna karena dicampuri
dengan bensin pada komposisi seberapapun dan memberikan dampak yang positif.
Pencampuran bioetanol absolut
sebanyak 10% dengan bensin 90% disebut juga Gasohol E-10 secara proporsional
memiliki ON 92 atau setara Pertamax. Pada komposisi ini bioetanol dikenal sebagai octan enhancer (aditif) yang paling ramah
lingkungan di Negara-negara maju. Bioetanol
juga menghasilkan kestabilan proses pembakaran. Proses pembakaran dengan
daya yang lebih sempurna akan mengurangi emisi gas karbon monosakarida.
Campuran bioetanol 3% saja mampu
menurunkan emisi karbon monosakarida 1,3%.
Menurut
Chrismiadi (2011), beberapa keunggulan yang dapat diperoleh dari bioetanol adalah sebagai berikut: Nilai
okta yang tinggi menyebabkan campuran bahan bakar terbakar tepat waktunya sehingga
tidak menyebabkan kemacetan, emisi gas buang tidak begitu berbahaya bagi
lingkungan salah satunya gas CO2 yang dapat dimanfaatkan kembali oleh tumbuhan
untuk proses fotosintesis emisi NO yang rendah, dan efisiensi tinggi
dibandingkan besin.
Bioetanol memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan energi alternatif lainnya. Etanol memiliki kandungan
oksigen yang tinggi sehingga terbakar lebih sempurna, bernilai oktan lebih
tinggi, dan ramah lingkungan (Handayani, 2007). Ramah lingkungan karena emisi
gas buangnya rendah dari karbonmonosakarida, nitrogenoksida, dan gas-gas rumah
kaca yang menjadi polutan serta mudah terurai dan aman. Etanol mengandung 35%
oksigen, maka dapat meningkatkan efisiensi pembakaran.
Disamping
itu substrat untuk memproduksi etanol cukup melimpah di Indonesia. Salah satu
substrat yang paling potensial untuk dijadikan bahan baku pembuatan bioetanol adalah sampah organik, sisa
pertanian, sampah pasar, dan rumah tangga (Kusuryani,2008). Produksi bioetanol adalah dapat mengembangkan dan memanfaatkan
sampah organik sehingga dapat meningkatkan nilai guna sampah organik, dapat
menanggulani permasalahan sampah yang ada di Indonesia, dan keadaan lingkungan
yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan suatu Negara sehingga itu
digunakan untuk keperluan lain (Chandra, 2007).
BAB IV
PENUTUP
`
4.1 Simpulan
1. Pembuatan
sampah organik menjadi bahan bakar bioetanol
merupakan salah satu jenis dari biofuel. Bioetanol
merupakan hasil alkoholis dari bahan hayati. Contoh dari bioalkohol yaitu bioetanol,
propanol, dan butanol. Bahan baku utama yang dibutuhkan dalam pembuatan bioetanol
bersumber dari sampah organik.
2. Produksi turunan dari sampah organik dapat
bermanfaat sebagai bahan tambahan bioetanol
yang menghasilkan energi alternatif terutama untuk bahan bakar kendaraan
bukan saja ditentukan oleh harga BBM (bahan bakar minyak) saja, tetapi
ditentukan oleh harga bahan baku pembuatan bioetanol
yang dapat menunjang meningkatkan
hasil produksi sampah organik.
4.2 Saran
1. Pada
pembuatan bioetanol yang bersumber dari sampah organik perlu dilakukan
percobaan pada suatu produk untuk meningkatkan nilai guna dari hasil turunan
sampah organik yang telah diolah.
2. Perlu
dilakukan penelitian yang pasti pada pemanfatan sampah organik di olah menjadi
bahan bakar biofoel seperti bioetanol, menggunakan beberapa penelitian seperti
lamanya fermentasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous,
2012. “Bahan Bakar Nabati (BBN) Sebagai Solusi Menghadapi
Krisis Energi”, www.wisegeek.com/what-is
fermentation.htm, diakses pada
tanggal 20 September 2012.
http://fermentationtechnology.blogspot.com/2008/03/biofuel-fermentation.html. (bioeetanol/ayo-coba-buat
ethanol.html).
Anonymous,
2012. “Sampah Organik dan Anorganik”,
http://www.buletinbelantara.com/2012/05/sampah-organik-dananorganik.html, diakses
pada tanggal 26 September 2012.
Sirodjuddin,
Ardan, 2008. “Definisi Sampah”. Ardansirodjuddin.wordpress.com/2008/08/05/pemanfaatan-sampah/,
diakses pada tanggal 26 September 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar